Bencana Silih Berganti di Awal Tahun 2021
Selain menelan banyak korban jiwa, bencana alam tersebut juga menghancurkan ribuan rumah dan bangunan. Ribuan orang pun harus mengungsi untuk berlindung.
Beberapa bencana yang banyak menelan korban jiwa yaitu longsor di Sumedang. Pada Sabtu, 9 Januari 2021 tanah longsor memporak porandakan Dusun Bojong Kondang, RT 03 RW 10, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Saat itu, 12 orang dinyatakan hilang.
Berdasarkan informasi dari Pusdalops BPBD Kabupaten Sumedang, kejadian longsor terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Penyebab kejadian diduga dipicu hujan dengan intensitas tinggi.
Tebing setinggi 20 meter dan panjang 40 meter longsor menimpa 14 rumah hingga rusak berat.
Namun, saat petugas gabungan mengevakuasi korban dan banyak warga yang menonton, longsor susulan terjadi pukul 19.30 WIB.
Danramil Kecamatan Cimanggung Kapt Inf Setio Pribadi dan Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sumedang turut menjadi korban longsor.
Setelah beberapa hari mencari korban longsor, tim SAR akhirnya berhasil menemukan seluruh korban pada 18 Januari 2021.
Merujuk data Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB per hari Senin (18/1/2021) pukul 20.26 WIB. Total korban meninggal yang berhasil ditemukan mencapai 40 jiwa. Seluruh korban yang sudah ditemukan itu pun sudah berhasil diidentifikasi dan diserahkan ke keluarganya masing-masing.
Di hari yang sama, Indonesia dikejutkan dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Pesawat rute Cengkareng-Pontianak itu hilang kontak 4 menit setelah lepas landas dan dipastikan jatuh.
Hingga saat ini tim gabungan masih terus mencari korban dan puing pesawat Sriwijaya Air. Dilaporkan ada 62 orang yang berada di pesawat tersebut. 34 jasad korban sudah berhasil diidentifikasi DVI Polri sementara sisanya masih diperiksa.
Belum tuntas pencarian korban Sriwijaya Air dan longsor di Sumedang, banjir dilaporkan menerjang sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data BNPB banjir tersebut akibat tingginya intenstas hujan yang mengguyur Kalimantan Selatan pada Minggu, 13 Januari 2021.
BNPB melaporkan terdapat 21.990 jiwa terdampak bencana banjir di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.
Selain itu, 6.346 rumah terendam banjir. Akses jalan dari Pelaihari ke Banjarmasin pun terputus. Kabid Humas BNPB, Rita Rosita Simatupang mengungkapkan bahwa banjir kali ini disebabkan karena intensitas hujan yang tinggi sejak awal tahun 2021. Sehingga air sungai di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut meluap.
Selain di Tanah Laut, banjir juga menerjang Kabupaten Balangan, Kalsel. Sebanyak 3.571 rumah terendam banjir pada 16 Januari 2021.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati merilis rincian dari kerugian materil tersebut antara lain rumah terendam di Kecamatan Halong, sebanyak 931 unit, Kecamatan Paringin 20 unit, Kecamatan Juai 576 unit, Kecamatan Paringin Selatan 336 unit, Kecamatan Tebing Tinggi 836 unit dan Kecamatan Awayan 872 unit.
Selain di Kalimantan Selatan, banjir juga melanda Kalimantan Utara. BNPB melaporkan banjir merendam, 533 rumah dan satu masjid.
Banjir berdampak di beberapa lokasi. Antara lain Kecamatan Sembakung, Desa Atap, Desa B. Bagu, Desa Labuk, Desa Pagar, Desa Tujung, Desa M. Bungkul, Desa Lubukan, Desa Tagul, Desa Pelaju dan Desa Tepian.
Menurut BNPB banjir yang terjadi disebabkan hujan dengan intensitas tinggi sehingga Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Sembakung meluap.
Diwaktu yang bersamaan, Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat digoyang rentetan gempa. Gempa pertama terjadi pada Kamis, 15 Januari 2021 siang dengan keluatan magnitudo 5,9.
Keesokan harinya, pada dini hari gempa kedua kembali terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, yakni M 6,2.
Gempa kedua mengakibatkan banyak kerusakan bangunan, baik fasilitas umum maupun rumah- rumah warga serta kantor pemerintahan.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyebut hingga pukul 16.00 WIB, Senin (18/1/2021) sebanyak 84 orang meninggal akibat gempa yang terjadi di Sulawesi Barat (Sulbar).
Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito menyebut, 73 tiga di antaranya berasal dari Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Majene, Sulbar.
Bagus menuturkan pengungsi di dua kabupaten tersebut cukup banyak. Jumlahnya mencapai belasan ribu ke atas. Menurut Bagus timnya dari sejumlah daerah di Sulawesi pun telah diterjunkan guna membantu penanganan gempa di sana.
"Kita juga membawa peralatan ekstrikasi untuk pelaksanaan pembongkaran gedung-gedung yang runtuh dan mulai kemarin kita sudah dibantu oleh Polri," katanya.
Komentar
Posting Komentar